Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), seseorang akan dikatakan terlalu gemuk atau obesitas apabila skala IMT-nya lebih dari 27,0. Sebagaimana dikutip dari Jurnal e-Biomedik edisi 2016, makanan menjadi faktor utama penyebab terjadinya obesitas pada remaja. Kemudian diikuti oleh faktor-faktor lain, seperti genetik, aktivitas fisik, pola hidup, serta kesehatan dan psikis. Dilansir dari Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (Gentas) Kementerian Kesehatan RI, obesitas merupakan ketidakseimbangan asupan energi (energi intake) dengan energi yang digunakan (energi expenditure), ditandai dengan adanya penumpukkan lemak yang abnormal. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan permasalahan epidemi karena lebih dari sembilan juta orang meninggal setiap tahun akibat obesitas pada 2017. Obesitas dapat memicu terjadinya penyakit-penyakit kronis di antaranya adalah serangan jantung koroner, stroke, diabetes mellitus (kencing manis), dan darah tinggi (hipertensi). Selain itu, penderita obesitas juga berisiko terjadinya penyumbatan pernapasan ketika sedang tidur. Bahkan, dapat memicu terjadinya kanker kelenjar prostat bagi laki-laki serta kanker payudara dan leher rahim bagi perempuan.
Penyebab Obesitas
Obesitas terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori dalam jangka panjang tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan obesitas, yaitu :
· Pola makan tinggi karbohidrat dan lemak, misalnya sering mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman yang mengandung gula.
· Kelainan bawaan, seperti sindrom Prader-Willi.
· Konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat memicu kenaikan berat badan, seperti : obat anti-depresan, anti-psikotik, anti-konvulsan, kortikosteroid, atau obat penghambat beta.
· Perubahan suasana hati yang dapat meningkatkan nafsu makan, misalnya : sedih, stres, atau marah.
· Gangguan tidur sehingga meningkatkan produksi hormon ghrelin yang berfungsi untuk merangsang nafsu makan.
· Pertambahan usia yang memicu perubahan hormon dan kebutuhan tubuh terhadap kalori.
· Pertambahan berat badan pada ibu hamil.
· Kondisi medis tertentu, seperti : hipotiroid, sindrom Cushing, dan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS).
Gejala Obesitas
Penderita obesitas juga umumnya mengalami keluhan berupa :
· Penumpukan lemak di tubuh, terutama di sekitar pinggang.
· Mudah berkeringat
· Sering mendengkur
· Susah tidur
· Mudah lelah
· Bagian lipatan kulit lembap karena keringat sehingga menimbulkan iritasi.
· Nyeri di persendian atau punggung.
· Tidak percaya diri untuk bersosialisasi.
Sementara itu, gejala obesitas yang umum terjadi pada anak-anak sampai remaja antara lain :
· Tumpukan lemak di bagian payudara.
· Stretch mark di punggung dan pinggul.
· Kulit menebal dan menjadi lebih gelap (akantosis nigrikans).
· Sesak napas saat melakukan aktivitas fisik.
· Gangguan tidur, misalnya sleep apnea.
· Tidak percaya diri.
· Menstruasi dini pada anak perempuan.
· Pubertas terlambat pada anak laki-laki.
· Kelainan tulang, seperti kaki rata.
Pemeriksaan Obesitas
Setelah melakukan pemeriksaan fisik umum, berikutnya adalah menghitung indeks massa tubuh pasien. Indeks massa tubuh dapat diketahui dengan menghitung tinggi dan berat badan pasien. Rumus indeks massa tubuh pasien adalah berat badan (dalam kilogram atau kg) dibagi dengan tinggi badan (dalam satuan meter atau m) yang dikuadratkan. Dokter juga akan melakukan serangkaian tes penunjang untuk mendeteksi adanya risiko penyakit terkait obesitas. Rangkaian tes tersebut, antara lain :
· Tes fungsi ginjal
· Tes hormon tiroid
Pencegahan Obesitas
Metode untuk mencegah obesitas hampir sama dengan cara untuk menurunkan atau mempertahankan berat badan ideal. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah :
· Mengetahui berat badan dan lingkar pinggang ideal, serta timbang berat badan setiap 1 minggu sekali secara rutin.
· Mengurangi asupan makanan cepat saji dan makanan atau minuman yang mengandung gula.
· Memperbanyak asupan sayur dan buah-buahan.
· Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang dengan indeks glikemik rendah.
· Minum air putih dalam jumlah yang cukup.
· Berolahraga dengan intesitas sedang, seperti bersepeda dan berenang, setidaknya selama 30 menit sehari atau 150 menit per minggu.
· Mencukupi waktu tidur dan istirahat.
· Mengelola stres dengan baik, seperti mengikuti yoga atau meditasi, bukan dengan makan dalam jumlah banyak.
Referensi :
Weni Kurdanti, dkk. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas pada Remaja. Jurnal Gisi Klinik Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Nunung Sri Mulyani, dkk. 2019. Faktor Penyebab Obesitas pada Remaja Putri di Aceh Besar. Jurnal Riset Gisi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh.
National Health Service UK. 2019. Health A to Z. Obesity.
Mayo Clinic. 2021. Diseases & Conditions. Obesity.
Knott, L. Patient. 2021. Obesity in Adults.
Harvard T.H. Chan School of Public Health. 2021. Obesity Prevention Source.
Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Healthy Weight. Assessing Your Weight.